Optimalisasi Pemberdayaan Kader Kesehatan melalui Manajemen Program Dukungan ASI bagi Ibu Bekerja di Desa Siaga, Kab. Kubu Raya Kalimantan Barat

Authors

  • Ivan Harwin Utama

Keywords:

Pemberdayaan Kader Kesehatan, Manajemen program, dukungan, ASI, Kab. Kuburaya

Abstract

Latar belakang: ASI eksklusif merupakan gizi terbaik bagi bayi selama 6 bulan pertama dan mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDG) 3 tentang kesehatan dan kesejahteraan. Namun, ibu bekerja menghadapi hambatan serius, seperti jam kerja panjang, kurangnya fasilitas menyusui di tempat kerja, dan minimnya dukungan dari lingkungan kerja dan keluarga. Di Kalimantan Barat, meskipun belum ada data spesifik, indikasi tantangan ini juga relevan untuk ibu bekerja di Desa Siaga. Pendampingan kader terbukti memengaruhi keberhasilan pemberian ASI eksklusif—ibu yang didampingi lebih besar kemungkinannya untuk memberi ASI eksklusif. Tujuan penelitian: Untuk menganalisis dan mengoptimalkan strategi pemberdayaan kader kesehatan melalui manajemen program dukungan ASI bagi ibu bekerja di Desa Siaga, Kalimantan Barat. Metode: penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan mixed-methods untuk menggali strategi pemberdayaan, hambatan, dan implementasi manajemen program ASI. Subjek penelitian ini adalah Kader kesehatan sebagai informan utama, Ibu bekerja yang memiliki bayi/anak usia <2 tahun sebagai informan pendukung, dan Petugas puskesmas atau bidan desa sebagai informan triangulasi. Hasil : Peran kader kesehatan di Desa Siaga Kalimantan Barat dalam mendukung pemberian ASI pada ibu bekerja sudah berjalan, namun belum optimal. Edukasi melalui posyandu dan kunjungan rumah cukup aktif, tetapi pendampingan khusus untuk ibu bekerja masih rendah, serta pencatatan dan pelaporan belum terstruktur. Cakupan pemberian ASI eksklusif tercatat sebesar 58%, sedangkan pemberian ASI hingga 2 tahun pada ibu bekerja hanya mencapai 32%. Hambatan utama meliputi keterbatasan pelatihan kader, supervisi yang tidak rutin, minimnya dukungan fasilitas seperti ruang laktasi di tempat kerja, serta keterbatasan dana operasional desa. Meskipun demikian, dukungan bidan desa, PKK, dan hubungan baik kader dengan masyarakat menjadi faktor pendukung penting Kesimpulan : Penelitian ini menyimpulkan bahwa pemberdayaan kader kesehatan di Desa Siaga Kalimantan Barat dalam mendukung program pemberian ASI bagi ibu bekerja masih belum optimal. Cakupan ASI eksklusif dan ASI hingga dua tahun relatif rendah akibat terbatasnya kapasitas kader, supervisi yang kurang rutin, serta minimnya dukungan fasilitas dan kebijakan. Namun, adanya dukungan bidan desa, PKK, dan kepercayaan masyarakat terhadap kader merupakan potensi yang dapat dimaksimalkan. Optimalisasi dapat dilakukan melalui peningkatan kapasitas kader, penguatan manajemen program, serta dukungan kebijakan desa yang berpihak pada program ASI bagi ibu bekerja. Saran: Berdasarkan hasil penelitian, disarankan agar kader kesehatan di Desa Siaga mendapatkan pelatihan rutin mengenai manajemen laktasi dan keterampilan komunikasi agar mampu mendampingi ibu bekerja secara lebih efektif. Pemerintah desa bersama puskesmas diharapkan memberikan dukungan nyata melalui alokasi dana desa, penyediaan media edukasi, serta pelaksanaan supervisi berkala. Selain itu, tempat kerja perlu berperan aktif dengan menghadirkan kebijakan ramah ASI, misalnya penyediaan ruang laktasi dan waktu khusus menyusui. Untuk penelitian selanjutnya, perlu dilakukan pengembangan model intervensi berbasis manajemen program kesehatan agar efektivitas strategi pemberdayaan kader dalam meningkatkan cakupan ASI pada ibu bekerja dapat lebih terukur.

Downloads

Published

2025-08-30

Issue

Section

Articles